Pendahuluan
Sekarang ini zaman
globalisasi, remaja harus diselamatkan dari globalisasi. Karena globalisasi ini
ibaratnya kebebasan dari segala aspek. Sehingga banyak kebudayaan-kebudayaan
yang asing yang masuk, sementara tidak cocok dengan kebudayaan kita. Sebagai
contoh kebudayaan free sex itu tidak cocok dengan kebudayaan kita. Pada saat
ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang mengkuatirkan. Para
remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai
pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa
memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran
sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka merupakan salah satu bentuk gengsi
yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan
untuk mendapatkan pacar.
Generasi muda adalah
tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu meneruskan tongkat
estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Dalam mempersiapkan generasi
muda juga sangat tergantung kepada kesiapan masyarakat yakni dengan keberadaan
budayanya. Termasuk didalamnya tentang pentingnya memberikan filter tentang
perilaku-perilaku yang negatif, yang antara lain; minuman keras, mengkonsumsi
obat terlarang, sex bebas, dan lain-lain, yang dapat menyebabkan terjangkitnya
suatu penyakit, misalnya HIV/AIDS.
A. Pengertian Pergaulan Bebas
Kita tentu tahu bahwa
pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang mana
“bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran yang ada.
Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari
media massa. Remaja adalah individu labil yang emosinya rentan tidak terkontrol
oleh pengendalian diri yang benar. Masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan
yang minim, dan ajakan teman-teman yang bergaul bebas membuat makin
berkurangnya potensi generasi muda Indonesia dalam kemajuan bangsa.
Sedangkan remaja
adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan sependapat
bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun.
Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun
masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari
pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui
metode coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan
sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi
lingkungan dan orangtuanya.
Pengertian pacaran dalam
era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15
tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah
karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi
pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan
kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan
tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan
kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.
B. Penyebab Maraknya Pergaulan Bebas
Remaja Indonesia
Berdasarkan penelitian
di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen remaja mengaku
pernah melakukan hubungan seks. Celakanya, perilaku seks bebas tersebut berlanjut
hingga menginjak ke jenjang perkawinan. Ancaman pola hidup seks bebas remaja
secara umum baik di pondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin
serius. Pakar seks juga specialis Obstetri dan Ginekologi Dr. Boyke Dian
Nugraha di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang
melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar lima persen pada
tahun 1980-an, menjadi dua puluh persen pada tahun 2000. Kisaran angka
tersebut, kata Boyke, dikumpulkan dari berbagai penelitian di beberapa kota
besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu dan Banjarmasin. Bahkan di
pulau Palu, Sulawesi Tenggara, pada tahun 2000 lalu tercatat remaja yang pernah
melakukan hubungan seks pranikah mencapai 29,9 persen.
Kelompok remaja yang
masuk ke dalam penelitian tersebut rata-rata berusia 17-21 tahun, dan umumnya
masih bersekolah di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau
mahasiswa. Namun dalam beberapa kasus juga terjadi pada anak-anak yang duduk di
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tingginya angka hubungan seks pranikah
di kalangan remaja erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini,
serta kurangnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat
ini tercatat sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen diantaranya dilakukan remaja.
Hal ini pula yang menjadikan tingginya angka kematian ibu di Indonesia,
menjadikan Indonesia sebagai negara yang angka kematian ibunya tertinggi di
seluruh Asia Tenggara.
Dari sisi kesehatan,
perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai gangguan. Diantaranya, terjadi
kehamilan yang tidak diinginkan. Selain tentunya kecenderungan untuk aborsi,
juga menjadi salah satu penyebab munculnya anak-anak yang tidak diinginkan.
Keadaan ini juga bisa
dijadikan bahan pertanyaan tentang kualitas anak tersebut, apabila ibunya sudah
tidak menghendaki. Seks pranikah, lanjut Boyke juga bisa meningkatkan resiko
kanker mulut rahim. Jika hubungan seks tersebut dilakukan sebelum usia 17
tahun, risiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai empat hingga lima kali
lipat. Sekuat-kuatnya mental seorang remaja untuk tidak tergoda pola hidup seks
bebas, kalau terus-menerus mengalami godaan dan dalam kondisi sangat bebas dari
kontrol, tentu suatu saat akan tergoda pula untuk melakukannya. Godaan semacam
itu terasa lebih berat lagi bagi remaja yang memang benteng mental dan
keagamaannya tidak begitu kuat. Saat ini untuk menekankan jumlah pelaku seks
bebas-terutama di kalangan remaja-bukan hanya membentengi diri mereka dengan
unsur agama yang kuat, juga dibentengi dengan pendampingan orang tua dan
selektivitas dalam memilih teman-teman. Karena ada kecenderungan remaja lebih
terbuka kepada teman dekatnya ketimbang dengan orang tua sendiri. Selain itu,
sudah saatnya di kalangan remaja diberikan suatu bekal pendidikan kesehatan
reproduksi di sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan seks secara vulgar.
Pendidikan Kesehatan
Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ
reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular
seksual dan sebagainya. Dengan demikian, anak-anak remaja ini bisa terhindar
dari percobaan melakukan seks bebas. Dalam keterpurukan dunia remaja saat ini,
anehnya banyak orang tua yang cuek bebek saja terhadap perkembangan
anak-anaknya. Kini tak sedikit orang tua dengan alasan sibuk karena termasuk
tipe jarum super” alias jarang di rumah suka pergi; lebih senang menitipkan
anaknya di babby sitter. Udah gedean dikit di sekolahin di sekolah yang mahal
tapi miskin nilai-nilai agama. Acara televisi begitu berjibun dengan tayangan
yang bikin ‘gerah’, Video klip lagu dangdut saja, saat ini makin berani pamer
aurat dan adegan-adegan yang bikin deg-degan jantung para lelaki. Belum lagi
tayangan film yang bikin otak remaja teracuni dengan pesan sesatnya. Ditambah lagi,
maraknya tabloid dan majalah yang memajang gambar sekwilda”, alias sekitar
wilayah dada; dan gambar bupati”, alias buka paha tinggi-tinggi. Konyolnya,
pendidikan agama di sekolah-sekolah ternyata tidak menggugah kesadaran remaja
untuk kritis dan inovatif.
Ada banyak sebab
remaja melakukan pergaulan bebas. Penyebab tiap remaja mungkin berbeda tetapi
semuanya berakar dari penyebab utama yaitu kurangnya pegangan hidup remaja
dalam hal keyakinan/agama dan ketidakstabilan emosi remaja. Hal tersebut
menyebabkan perilaku yang tidak terkendali, seperti pergaulan bebas &
penggunaan narkoba yang berujung kepada penyakit seperti HIV & AIDS ataupun
kematian. Berikut ini di antara penyebab maraknya pergaulan bebas di Indonesia:
1. Sikap mental yang tidak sehat
Sikap mental yang tidak sehat membuat
banyaknya remaja merasa bangga terhadap pergaulan yang sebenarnya merupakan
pergaulan yang tidak sepantasnya, tetapi mereka tidak memahami karena daya
pemahaman yang lemah. Dimana ketidakstabilan emosi yang dipacu dengan
penganiayaan emosi seperti pembentukan kepribadian yang tidak sewajarnya
dikarenakan tindakan keluarga ataupun orang tua yang menolak, acuh tak acuh,
menghukum, mengolok-olok, memaksakan kehendak, dan mengajarkan yang salah tanpa
dibekali dasar keimanan yang kuat bagi anak, yang nantinya akan membuat mereka
merasa tidak nyaman dengan hidup yang mereka biasa jalani sehingga pelarian
dari hal tersebut adalah hal berdampak negatif, contohnya dengan adanya
pergaulan bebas.
2. Pelampiasan rasa kecewa
Yaitu ketika seorang remaja mengalami
tekanan dikarenakan kekecewaannya terhadap orang tua yang bersifat otoriter
ataupun terlalu membebaskan, sekolah yang memberikan tekanan terus menerus(baik
dari segi prestasi untuk remaja yang sering gagal maupun dikarenakan peraturan
yang terlalu mengikat), lingkungan masyarakat yang memberikan masalah dalam
sosialisasi, sehingga menjadikan remaja sangat labil dalam mengatur emosi, dan
mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif di sekelilingnya, terutama pergaulan bebas
dikarenakan rasa tidak nyaman dalam lingkungan hidupnya.
3. Kegagalan remaja menyerap norma
Hal ini disebabkan karena norma-norma
yang ada sudah tergeser oleh modernisasi yang sebenarnya adalah westernisasi.
C. Ciri-Ciri Pergaulan Bebas
1. Penghamburan
harta untuk memenuhi keinginan sex bebasnya
2.
Upaya mendapatkan harta dan uang dengan menghalalkan segala cara termasuk dari
jalan yang haram dan keji
3. Menimbulkan
perilaku munafik dalam masyarakat
4. Rasa ingin tahu
yang besar
5. Rasa ingin mencoba
dan merasakan
6. Terjadi
perubahan-perubahan emosi, pikiran, lingkungan pergaulan dan tanggung jawab
yang dihadapi.
7. Mudah mengalami kegelisahan, tidak sabar, emosional, selalu ingin melawan, rasa
malas, perubahan dalam keinginan, ingin menunjukkan eksistensi dan kebanggaan
diri serta selalu ingin mencoba dalam banyak hal.
8.
Kesukaran yang dialami timbul akibat konflik karena keinginannya menjadi dewasa
dan berdiri sendiri dan keinginan akan perasaan aman sebagai seorang anak dalam
keluarganya.
9. Banyak mengalami
tekanan mental dan emosi.
10. Terjerat dalam pesta
hura-hura ganja, putau, ekstasi, dan pil-pil setan lain.
D. Dampak Dari Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas
identik sekali dengan yang namanya “dugem” (dunia gemerlap). Yang sudah menjadi
rahasia umum bahwa di dalamnya marak sekali pemakaian narkoba. Ini identik
sekali dengan adanya seks bebas. Yang akhirnya berujung kepada HIV/AIDS, dan
penyakit lainnya. Dan pastinya setelah terkena virus ini kehidupan remaja akan
menjadi sangat timpang dari segala segi.
E. Solusi Untuk Menyelesaikan
Masalah Pergaulan Bebas
Kita semua mengetahui
peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME, penyaluran minat dan bakat
secara positif merupakan hal-hal yang dapat membuat setiap orang mampu mencapai
kesuksesan hidup nantinya. Tetapi walaupun kata-kata tersebut sering
‘didengungkan’ tetap saja masih banyak remaja yang melakukan hal-hal yang tidak
sepatutnya dilakukan. Selain daripada solusi di atas masih banyak solusi lainnya.
Solusi-solusi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki Cara Pandang
Memperbaiki cara
pandang dengan mencoba bersikap optimis dan hidup dalam “kenyataan”, maksudnya
sebaiknya remaja dididik dari kecil agar tidak memiliki angan-angan yang tidak
sesuai dengan kemampuannya sehingga apabila remaja mendapatkan kekecewaan
mereka akan mampu menanggapinya dengan positif.
2. Menjaga Keseimbangan Pola Hidup
Yaitu perlunya remaja
belajar disiplin dengan mengelola waktu, emosi, energi serta pikiran dengan
baik dan bermanfaat, misalnya mengatur waktu dalam kegiatan sehari-hari serta
mengisi waktu luang dengan kegiatan positif.
3. Jujur Pada Diri Sendiri
Yaitu menyadari pada
dasarnya tiap-tiap individu ingin yang terbaik untuk diri masing-masing.
Sehingga pergaulan bebas tersebut dapat dihindari. Jadi dengan ini remaja tidak
menganiaya emosi dan diri mereka sendiri.
4. Memperbaiki Cara Berkomunikasi
Memperbaiki cara
berkomunikasi dengan orang lain sehingga terbina hubungan baik dengan
masyarakat, untuk memberikan batas diri terhadap kegiatan yang berdampak
negatif dapat kita mulai dengan komunikasi yang baik dengan orang-orang di
sekeliling kita
.
5. Perlunya Remaja Berpikir Untuk Masa
Depan
Jarangnya remaja
memikirkan masa depan. Seandainya tiap remaja mampu menanamkan pertanyaan “Apa
yang akan terjadi pada diri saya nanti jika saya lalai dalam menyusun langkah
untuk menjadi individu yang lebih baik?” kemudian hal itu diiringi dengan
tindakan-tindakan positif untuk kemajuan diri para remaja. Dengan itu maka remaja-remaja
akan berpikir panjang untuk melakukan hal-hal menyimpang dan akan berkurangnya
jumlah remaja yang terkena HIV & AIDS nantinya.
6. Menanamkan Nilai Ketimuran
Kalangan remaja kita
kebanyakan sudah tak mengindahkan lagi akan pentingnya nilai-nilai ketimuran.
Tentu saja nilai ketimuran ini selalu berkaitan dengan nilai Keislaman yang
juga membentuk akar budaya ketimuran. Nilai yang bersumberkan pada ajaran
spiritualitas agama ini perlu dipegang. Termasuk meningkatkan derajat keimanan
dan moralitas pemeluknya. Dengan dipegangnya nilai-nilai ini, harapannya mereka
khususnya kalangan muda akan berpikir seribu kali untuk terjun ke pergaulan
bebas.
7. Mengurangi Menonton Televisi
Televisi idealnya bisa
menjadi sarana mendapatkan informasi yang mendidik dan bisa meningkatkan
kualitas hidup seseorang. Namun, kenyataannya, saat ini harapan itu sangat
jauh. Televisi kita terutama stasiun televisi swasta, mereka lebih banyak
menampilkan acara hiburan, maupun sinetron-sinetron yang menawarkan nilai-nilai
gaya hidup bebas, hedonis. Begitu juga beragam tayangan infotainment yang
kadang menayangkan acara perselingkuhan, sex bebas di kalangan artis.
Dengan demikian, kisah
pergaulan bebas bukan menjadi hal yang tabu lagi. Makanya, tak ada langkah yang
lebih manjur selain mengurangi menonton televisi ini karena lambat laun otak
akan teracuni oleh nilai-nilai yang sebenarnya sangat negatif. Untuk
mendapatkan informasi, kalangan muda bisa mengalihkan perhatian dengan membaca
koran, majalah maupun buku-buku. Pekerjaan yang agak berat memang, tapi jauh
lebih produktif daripada kebanyakan menonton televisi yang tidak jelas dan
cenderung merusak akal sehat pikiran.
8. Banyak Beraktivitas Secara Positif
Cara ini menurut
berbagai penelitian sangat efektif dijalankan. Pergaulan bebas, biasanya
dilakukan oleh kalangan muda yang banyak waktu longgar, banyak waktu bermain,
bermalam minggu. Nah, untuk mengantisipasi hal tersebut, mengalihkan waktu
untuk kegiatan lewat hal-hal positif perlu terus dikembangkan. Misalnya dengan
melibatkan anak muda dalam organisasi-organisasi sosial, menekuni hobinya dan
mengembangkannya menjadi lahan bisnis yang menghasilkan, maupun mengikuti
acara-acara kreatifitas anak-anak muda. Dengan demikian, waktu mudanya akan
tercurahkan untuk hal-hal positif dan sedikit waktu untuk memikirkan hal-hal
negatif seperti pergaulan bebas tersebut.
9. Sosialisasi Bahaya Pergaulan Bebas
Dikalangan muda,
pergaulan bebas sering dilakukan karena bisa jadi mereka tidak tahu akibat yang
ditimbulkannya. Seperti misalnya penyakit kelamin yang mematikan. Nah,
sosialisasi hal ini. Informasi-informasi mengenai bahaya yang ditimbulkan
akibat pergaulan bebas ini perlu terus disebarkan di kalangan muda. Harapannya,
mereka juga punya informasi sebagai bahan pertimbangan akal sehatnya. Jika
informasi tersebut belum didapatkan ada kemungkinan mereka akan terus melakukan
pergaulan bebas semau mereka. Tapi, kalau informasi sudah didapatkan tapi
mereka tetap nekad melakukan itu persoalan lain lagi. Sepertinya perlu
ada penanganan khusus, apalagi yang sudah terang-terangan bangga melakukan
pergaulan bebas.
10. Menegakkan Aturan Hukum
Bagi yang bangga
tersebut, tak ada hal lain yang bisa menghentikan selain adanya perangkat hukum
dan aturan hukum yang bisa menjeratnya. Setidaknya sebagai efek jera. Yang
demikian harus dirumuskan dan dilaksanakan melalui hokum yang
berlaku di negara kita. Langkah ini sebagai benteng terakhir untuk
menyelamatkan anak-anak muda dari amoralitas karena perilaku pergaulannbebas
yang lambat laun otomatis akan merusak bangsa ini.
11. Munakahat
Munakahat atau
menikah. Cara ini efektif sekali. Kalau masih belum bisa, cara lain adalah
dengan berpuasa. Inilah yang ditawarkan oleh Islam sebagai salah satu solusi
atas pergaulan bebas.
Itulah beberapa hal
yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi adanya pergaulan bebas khususnya di
kalangan remaja.
Selain usaha dari diri
masing-masing sebenarnya pergaulan bebas dapat dikurangi apabila setiap orang
tua dan anggota masyarakat ikut berperan aktif untuk memberikan motivasi positif
dan memberikan sarana & prasarana yang dibutuhkan remaja dalam proses
keremajaannya sehingga segalanya menjadi bermanfaat dalam kehidupan tiap
remaja.
Dalam memberikan
pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, orangtua
hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan dengan kebebasan.
Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak
harus banyak diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan dengan orangtua yang
dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia
makin meningkat, orangtua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak.
Namun, tetap harus dijaga agar mereka tidak salah jalan. Menyesali kesalahan
yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat.
Penyelesaian masalah
dalam pacaran membutuhkan kerja sama orangtua dengan anak. Misalnya, ketika
orangtua tidak setuju dengan pacar pilihan si anak. Ketidaksetujuan ini
hendaknya diutarakan dengan bijaksana, jangan hanya dengan kekerasan dan
kekuasaan. Berilah pengertian sebaik-baiknya. Bila tidak berhasil, gunakanlah
pihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang paling penting di sini adalah adanya
komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. Orangtua hendaknya menjadi
sahabat anak. Orangtua hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua
arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut menyampaikan
masalahnya kepada orangtua.
Dalam menghadapi
masalah pergaulan bebas antar jenis di masa kini, orangtua hendaknya memberikan
bimbingan pendidikan seksual secara terbuka, sabar, dan bijaksana kepada para
remaja. Remaja hendaknya diberi pengarahan tentang kematangan seksual serta
segala akibat baik dan buruk dari adanya kematangan seksual. Orangtua hendaknya
memberikan teladan dalam menekankan bimbingan serta pelaksanaan latihan
kemoralan. Dengan memiliki latihan kemoralan yang kuat, remaja akan lebih mudah
menentukan sikap dalam bergaul. Mereka akan mempunyai pedoman yang jelas
tentang perbuatan yang boleh dilakukan dan perbuatan yang tidak boleh dikerjakan.
Dengan demikian, mereka akan menghindari perbuatan yang tidak boleh dilakukan
dan melaksanakan perbuatan yang harus dilakukan.
F. Cara Pergaulan Yang Baik
Pergaulan yang baik
sebenarnya gampang-gampang susah.yang jelas tergantung dari tingkah laku kita sendiri.Kita
harus banyak berkomunikasi dengan orang-orang yang kita percayai atau keluarga
kita sendiri.Dalam bergaul yang sangat mempengaruhi adalah lingkungan
sekitar.Ada pepatah yang mengatakan masuk ke kandang kambing tapi jangan
seperti kambing,begitu juga dengan bergaul kita harus memperhatikan lingkungan
sekeliling kita.bagaimana cara orang cara orang berperilaku yang baik.Gaya
berbicara yang sopan dan santun dalam bergaul tidak harus dengan cara
ugal-ugalan atau ketenaran semata.Jadi yang harus kita lakukan adalah jadi diri
kamu sendiri bagaimana oarang disekeliling kamu merasa nyaman saat
berkomunikasi dengan kita.Jadi cobalah memberanikan diri untuk mengungkapkan
apa yang ada di dalam isi hati kita.
G. Mengapa Pergaulan Bebas Dapat Terjadi
Dikalangan Remaja
Apa sebenarnya faktor
membuat orang untuk melakukan pergaulan bebas itu sendiri? Menurut Dr.Soares:
Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia sebab
manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain,
dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal
relationship).
Bahkan Soares juga
menyatakan pendapatnya tentang pergaulan bahwa itu merupakan HAM setiap
individu dan itu harus dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak tidak boleh
dibatasi dalam pergaulan, apalagi dengan melakukan diskrriminasi, sebab hal itu
melanggar HAM. Jadi pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap
mematuhi norma hukum, norma agama, norma budaya, serta norma bermsayarakat.
Jadi, kalau secara medis kalau pergaulan bebas namun teratur atau terbatasi
aturan-aturan dan norma-norma hidup manusia tentunya tidak akan menimbulkan
ekses-ekses seperti saat ini.
Sebuah penelitian yang
dilakukan oleh perusahaan riset Internasional Synovate atas nama DKT Indonesia
melakukan penelitian terhadap perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun.
Penelitian dilakukan terhadap 450 remaja dari Medan, Jakarta, Bandung dan
Surabaya.
Hasil penelitian
tersebut mengungkapkan bahwa 64% remaja mengakui secara sadar melakukan
hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma agama. Tetapi,
kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual mereka.
Alasan para remaja melakukan hubungan seksual tersebut adalah karena semua itu
terjadi begitu saja tanpa direncanakan.
Hasil penelitian juga
memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan khusus serta
komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks (65%) mereka dapatkan
melalui teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua (5%). Dari
persentase ini dapat dilihat bahwa informasi dari teman lebih dominan
dibandingkan orangtua dan guru, padahal teman sendiri tidak begitu mengerti
dengan permasalahan seks ini, karena dia juga mentransformasi dari teman yang
lainnya.
Kurang perhatian
orangtua, kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas
dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami istri di luar
nikah sehingga terjadi kehamilan dan pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga
dan untuk bertanggung jawab terjadilah aborsi. Seorang wanita lebih cendrung
berbuat nekat (pendek akal) jika menghadapi hal seperti ini.
Pada zaman modren
sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem nilai, dan
kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem nilai yang lain yang
bertentangan dengan.
Kesimpulan
Pergaulan bebas adalah
salah satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia sebab manusia adalah makhluk
sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar
manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship).
Pergaulan juga adalah
HAM setiap individu dan itu harus dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak
boleh dibatasi dalam pergaulan, apalagi dengan melakukan diskriminasi, sebab
hal itu melanggar HAM. Jadi pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi
tetap mematuhi norma hukum, norma agama, norma budaya, serta norma
bermasyarakat. Jadi, kalau secara medis kalau pergaulan bebas namun teratur
atau terbatasi aturan-aturan dan norma-norma hidup manusia tentunya tidak akan
menimbulkan ekses-ekses seperti saat ini.
Yang terpenting
sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya sebagai remaja
yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan agama dan norma yang berlaku di
dalam masyarakat serta dituntut peran serta orangtua dalam memperhatikan
tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari anaknya, memberikan pendidikan agama,
memberikan pendidikan seks yang benar. Oleh sebab itu permasalahan ini
merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa terkecuali.
Usaha untuk pencegahan sudah
semestinya terus dilakukan untuk menyelamatkan generasi muda kita. Agar lebih
bermoral, agar lebih bisa diandalkan untuk kebaikan negara ke depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar